Jacob Ereste : Kedunguan Jurnalis yang Tidak Perlu Terjadi Pada Hari Peringatan Pers Nasional Kita
Foto:Jacob Ereste |
Cara teman-teman jurnalis menandai hari Pers Nasional tahun 2023 tampak dalam beragam tulisan atau ulasan yang disajikan dalam berbagai media massa. Satu diantaranya yang menarik dan fenomenal adalah Matalinedia.Com yang mengulas tentang jurnalis dungu.
Intinya, tulisan itu hendak mengatakan adanya jurnalis atau institusi pers yang berpihak pada suatu tindak kejahatan seperti yang ditengarai menggerogoti Bank di Nusa Tenggara Timur.
Ditengah heboh dugaan korupsi di bank daerah tersebut, ada pihak jurnalis atau bahkan institusi pers yang justru berpihak atau berselingkuh dengan pihak bank tersebut. Sementara rekan jurnalis yang lain sedang gencar menyerang pihak bank yang bersangkutan agar bisa diusut dan digeledah kebenaran soal korupsi yang dipersangkakan pada oknum bank itu.
Begitulah judul tulisan yang mengulas "Jurnalisme Dunggu di Lautan Dugaan Korupsi", seperti yang tertulis di media Matalineindonesia.com yang kini tertebaran di media massa utamanya yang berbasis internet saat insan Pers Indonesia sedang memperingati Hari Pers Nasional di negeri ini.
Essensinya bukan pers Indonesia tak boleh berpihak, tapi justru insan pers Indonesia harus dan wajib berpihak. Cuma saja keberpihakan pers Indonesia itu hanya boleh untuk rakyat, terutama mereka yang tertindas dan dizalimi entah oleh pihak manapun, tanpa kecuali. Bahkan sikap perlawan haruspula dilakukan oleh rakyat bersama insan pers manakala upaya pencegahan serta cara yang baik sudah mengalami jalan buntu.
Jadi masalahnya, insan pers justru patut berpihak, termasuk untuk aparat pemerintah yang diperlakukan semena-mena oleh pihak manapun yang abai pada nilai-nalai kamusiaan yang adil dan beradab, seperti yang sudah secara tegas dan jelas termuat dalam sika-sila Pancasila dan UUD 1945 yang asli. Karena memang banyak orang menganggap adanya UUD 1945 yang palsu.
Keberpihakan insan pers pada pengusaha pun bisa saha dilakukan, selagi tidak merugikan satu pihak pun yang lain. Misalnya ikut mempromosikan -- semacam advetorial yang umumnya sudah banyak dikakukan institusi maupun okeh insan pers -- boleh-boleh saja sepanjang tidak mengurangi atau menggadaikan idealisme -- sesuai dengan etik pers.
Karena insan pers Indonesia -- pesan Mochtar Lubis dahulu -- tidak boleh munafik, jangan hipokrit -- karena keluhuran pekerja pers akan selalu sersikap terbuka, jujur dan senantiasa menempatkan nilai-nilai kemanusiaan diatas kepala dan di dalam hati nurani. Sehingga sikap dan sifat jurnalisme dungu -- dalam personal maupun kelembagaan tak perlu terjadi dan menambah keresahan orang lain yang tengah kesulitan dan gamang menghadapi turbolensi budaya di era milineal sekarang ini. Meski begitu, toh kedunguan jurnalis tidak perlu terjadi, sekalipun cuma sekedar untuk ikut serta merayakan Hari Pers Nasional yang terkesan juga kehilangan topik terhangat yang sepatutnya diusung dalam skala nasional di Medan, Sumatra Utara pada hari ini.
Banten, 10 Februari 2023